Listrik dan air

Kemarin, rencananya saya aku akan posting di warnet pos Bukittinggi. hari itu hujan dan selesai magrib dengan membawa payung saya berjalan kaki ke pos. di gerbang pos tiba-tiba... lampu mati. Serkejap jalan utama Sudirman gelap total, hanya warung-warung pinggir jalan yang punya penerangan. So, saya tidak jadi posting.

Omong-omong tentang mati lampu, di kota saya, Bukittinggi, PLN di sini sangat menerapkan prinsip hemat energi. Sangat menerapkan. Dalam satu hari saja mereka rajin memadamkan listrik sebanyak tiga kali. Seperti minum obat saja. Pagi, siang, malam. Kalau pagi jadi telat menanak nasi dengan rice cooker buat makan, kalau siang tidak masalah sih, cuma TV sebagai hiburan kala istirahat siang jadi tidak fungsional, kalau malam wah, bener-bener deh, tidak bisa baca. Padahal waktu malamlah favorit saya buat membaca. 

Lain listrik, lain pula masalah air. Di kelurahan saya, terlebih di sepanjang rumah tetangga, air ledeng jarang mengalir. Mengalir pun hanya tengah malam. Apalagi di rumah saya keran yang di aliri air cuma satu. Rumah saya, rumah nenek saya tepatnya, memiliki sumur bawah tanah. Namun, airnya diisi dengan air ledeng dari keran, bukan air tanah. Nah, dari keran itu keluar air satu-satunya. Jadi, untuk keperluan memasak, harus ditampung. Air yang keluar debitnya kecil. Untuk mandi dan mencuci kami menyaring air, Dengan ijuk, pasir, kerikil dan batu bata merah, tanah di sumus air tanah.

Kami bersyukur, harus bersyukur, atas masih adanya listrik dan air mengalir, sedangkan di beberapa daerah air begitu sulit, ada pula yang airnya terkontaminasi limbah pabrik berbahaya. Atau kampung yang belum dialiri listrik saking terpencilnya. Kita harus bersyukur masih diberi nikmat oleh ALLAH subhanahu wa ta'ala.


About this entry


0 komen: