Setelah hampir mati gara-gara TB nyebelin itu, aku liburan juga. Lama tak posting karena sibuk kuliah. lagakku benar-benar seperti anak Taknik. Padahal di belakang aku hanya mahasiswa pemalas yang tak sanggup hidup susah. Ya, aku akui kurangku. bisa saja aku salahkan akibat pergaulanku, kenapa semua menyerah saja dengan TB itu dan menyerahkannya pada seorang teman untuk penyelesaian? Dan aku salah satu korban. Korban dari slogan yang perlu di perlsoalkan. Kebersamaan sesama kawan. Kurepresentasikan itu berarti sama-sama bikin TB yang dibikinin sama kawan.
Aku jadi ngerasa bodoh. Padahal uang dari orang tuaku ku makan terus. Apa bedanya aku sama koruptor? Menyelewengkan uang untuk kepentingan yang lain. Aku ini terdakwa diriku sendiri. Apalagi kalau di hadapan Tuhan, apa kan ku bilang?
Aku bisa salahkan seseorang yang membuat aku jalani semester duaku kacau balau. namun, aku juga yang salah. Kenapa aku mau ikut dia? Aku jadi hilang identitas, sebelumnya saat ospek, namun saat dengannya kehilangan itu ku abaikan. Hati nuraniku memanggil, ini bukan jalanku yang benar. Aku acuh saja. Aku bertahan dengan kawan itu. Dia membuatku merasa ada. Padahal diam-diam aku dibunuh, ditusuk dari belakang. Tak ada bedanya aku bagai anak buah seorang majikan. Inginku maki diriku yang amu saja diperlakukan seperti itu. Anak buiah butuh majikan, akan lakukan apapun untuknya. Selama beberapa bulan aku merasa seperti itu.
Di SMA aku bisa dibilang mandiri, tapi aku jadi anak bayi di dekatnya. Sebal aku akan saat itu. Tapi aku tak perlu sesali karena ada yang kuambil dari itu semua. Apa yang disebut orang sebagai hikmah.
Aku tahu siapa kawan itu sesungguhnya. Dia yang menyemangatimu saat kau susah, yang ikut bergembira saat kau senang. Contohnya aku, saat ku susah kala membuat TB, dan saat ku senang di HAri ulang tahunku yang ke 18.
Dia tak ada. Aku hanya kenalan. Tak perlu kusebut dia lagi. Aku menyerah akan dia. Pergi saja kau, kawan lamaku.
Ulang tahunku sepi. Hanya Hilza, Bibib, Yusra, Fadli yang ucapkan selamat via sms dan Yulia plus Arlan via telpon. Tidak masalah karena aku tahu orang minang tidak biasa mengucap selamat. Orang Minang biasa mengucap ejekan. Buktinya selama ku hidup di sekolah yang banyak temannya itu tukang ejek, tukang pembuat PD orang turun. Orang minang susah menyenangkan hati orang. Tapi kalau di puji orang tak tunggu-tunggu hidungnya kembang.
Selama liburan aku banyak membaca. Sang Pemimpi dan Edensor salah satu buku yang kubaca. Sungguh memikatku. Aku jadi sadar bahwa aku HANYA ORANG KAMPUNG, jadi gak perlu aku susah payah bikin diriku keren dengan beli macam rupa barang orang kaya. Aku akan hidup seperti orang-orang sukses. SUSAH dulu, baru SENANG. Perlu lah kau hindarkan teman kaya yang manja dan suka foya-foya kalau kau lagi ingin bikin perubahan dirimu. Mereka racun. Kau perlu orang-orang SHALEH sebagai vitamin dan AJARAN ISLAM sebagai makanan pokok. Rajin belajar dan diskusi penting sekali.
Aku masih sulit menulis novelku. Aku takut gagal, jujurku. Aku perfeksiopnis nanggung. Aku harus berubah.
Berubah, di omongin gampang. Dilakukan sungguh perlu di pukul badan ini agar sadar.
Ya, aku akan pindah dari rumah sakit ke kosan di Pasar Baru. Lebih dekat kampus, dekat kos teman dan senior.
Hijrahku untuk akhirat, menuntut ilmu demi aku, orang tuaku, nenekku, keluargaku. Angkat martabat keluargaku kembali.
Salam dari Aziz
Liburan yang Panjang
About this entry
Youre currently reading Liburan yang Panjang.
- Published:
- saat 5:01:00 AM on Minggu, 10 Agustus 2008
- Category:
- liburan
- Previous:
- Posting Lama
- Next:
- Posting Lebih Baru
0 komen: