Don't Judge a Book by Its Cover

Apa yang pertama kali kita lihat saat bertemu dengan orang yang belum di kenal? Mungkin yang kita lihat adalah penampilan luarnya. Kita menilai dari penampilan karena ia secara lahir dan nyata dapat ditangkap oleh panca indra. Setelah mata melihat sosoknya dan telinga mendengar suaranya, kita dapat menilai bagaimana orang tersebut. Mungkin suaranya yang nge-bass membuat kita mengira bahwa orang ini bersahaja dan bijaksana, atau suaranya cempreng sehingga kita menyangka ia orang yang ceria. Mungkin pakaiannya yang bermerek membuat kita menyimpulkan ia seorang yang ekonomi bagus atau jika ia hanya beralas kaki sendal jepit, kita membuat perkiraan dia orang yang tidak mementingkan penampilan, atau malah mengira ia orang kampung.
Tapi, tak selamanya perkiraan kita benar. Orang yang bersuara nge-bass belum tentu bersahaja atau malah ia memiliki karakter kekanak-kanakan. Orang yang berbusana rapi dan bermerek belum tentu seorang yang kaya, ia hanya mengikuti mode dan ingin diterima dalam komunitas orang kaya walaupun dia sebenarnya tidak kaya.
Memang kita sering menilai orang pertama kali dari penampilan luarnya. Kita membuat presepsi tentang mereka. Ada yang benar, ada yang salah. Kadang terlalu sering persepsi jelek yang terekam, sehingga setelah mengenal lebih dalam hal itu tidak terbukti dan membuat hubungan tersendat.
Tak jarang juga kita terpengaruh oleh ucapan seseorang mengenai orang lain. Apalagi diucapkan oleh beberapa orang. "Eh, si dia itu orangnya nggak sabaran lho." atau "Dia itu orangnya pelit". Mungkin orang-orang memang boleh memberi pendapat, tapi jangan sampai kita menelan mentah-mentah ucapan tersebut. Jika ingin memulai hubungan perkawanan dengan seseorang jangan dengarkan pendapat orang tentangnya.
Prasangka kita tentang kawan baru dan pendapat orang yang kita dengar tentangnya dapat saja menyesatkan. Hal ini membuat hubungan tersendat dan diselingi ketidaknyamanan. Sehingga saling mencurigai dan mengantisipasi jika "sifat buruk" kawan baru itu muncul. Pada akhirnya, jika pendapat yang belum jelas itu terbukti tidak benar hanya akan membuat kita menyesal. Beruntunglah jika kita sadar dan meminta maaf padanya sehingga hubungan kembali baik.
Prasangka negatif memang menjadi belenggu di hati manusia. Kesalahan sepele kawan baru saja dapat membuat kita berpendapat bagaimana ia. Walaupun kita tidak tahu aslinya. Untuk itu, kita harus membebaskan belenggu hati ini agar dapat berprasangka positif dan dapat menjalin hubungan yang baik. Prasangka positif membuat kita tenang berinteraksi dengan orang lain.
Sungguhlah ALLAH yang memiliki nama Al 'Aliim (Yang Maha Mengetahui) dan memiliki nama Al Haliim (Yang Maha Penyantun) mangajarkan kita bagimana berprasangka baik terhadap orang lain tanpa melihat penampilan luarnya saja. Hal ini terdapat dalam hadits berikut:
"Dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasullullah shallaLLAHU alaihi wa Salam bersabda:" Sesungguhnya ALLAH ta'ala tidak melihat kepada bentuk (jasad) dan harta-harta kalian, akan tetapi Dia melihat hati dan amalan kalian."(Riwayat Imam Muslim, Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Begitulah seharusnya kita, kita yang ditiupkan roh-Nya ke dalam dada yang menyimpan sifat-sifat-Nya, dalam menilai orang. Jangan hanya melihat yang lahir (jasad, pakaian wajah yang rupawan), pahamilah orang tersebut dengan berinteraksi yang baik, berilah pendapat setelah kita mengenalnya secara mendalam. Insya ALLAH hubungan kita dengan sesama dapat berjalan dengan baik.
Wallahu'allam.


About this entry


2 komen:

  1. gema putri 23 Desember 2007 pukul 18.18

    ass ziz
    jalani saja hidup ini sewajarnya
    so u ll not get over when u get keadaan yang tidak sewajarnya

     
  2. Ridhah 12 April 2008 pukul 16.33

    Bib stuju ma da ziz....
    Kenapa qt gag nglihat org dr POV laen...
    Knapa kebnyakan hany terpaku pd satu sudut?

    Wah gt d..
    Tp ad ptnyaan yg timbul
    do i know u well?
    Do i can see the real of you?